Vaksin AstraZeneca adalah salah satu dari 10 vaksin yang telah mendapatkan izin penggunaan darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Indonesia. Menurut Juru bicara vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, vaksin ini juga salah satu vaksin yang paling banyak digunakan di dunia, sehingga memenuhi syarat mutu dan aman digunakan.
Vaksin AstraZeneca adalah jenis vaksin rekombinan.
Apa itu vaksin rekombinan?
Vaksin rekombinan atau disebut juga vaksin vektor adenoviral, seperti dilansir kemenkes adalah vaksin yang mengandung virus flu biasa yang telah dimodifikasi sehingga tidak dapat bereplikasi/berkembang di dalam tubuh manusia, tetapi dapat menimbulkan respon kekebalan terhadap Covid-19.
Vaksin AstraZeneca telah mendapatkan ijin penggunaan darurat (EUA) oleh BPOM pada tanggal 22 Februari 2021 dengan nomor EUA2158100143A1, yang berarti bahwa BPOM telah menjamin bahwa vaksin AstraZeneca aman dan berkualitas.
Siapa yang diperbolehkan mendapatkan vaksin AstraZeneca?
Karena jumlah vaksin yang terbatas, vaksin AstraZeneca diprioritaskan diberikan pada tenaga kesehatan dan lansia berusia di atas 65 tahun yang memiliki risiko tinggi terpapar Covid-19.
Vaksin ini juga direkomendasikan untuk orang dengan komorbid obesitas, penyakit kardiovaskular, penyakit pernapasan dan diabetes yang berisiko tinggi memiliki gejala parah apabila terinfeksi Covid-19.
Menurut WHO, penelitian juga merekomendasikan mereka yang memiliki riwayat imunokompromais seperti penderita HIV atau autoimun untuk mendapatkan vaksin AstraZeneca.
Ibu hamil dan menyusui juga diperbolehkan mendapatkan vaksin AstraZeneca, karena ibu hamil memiliki risiko tinggi terinfeksi Covid-19 dan berisiko menularkan Covid-19 pada bayi yang dilahirkan.
Siapa yang tidak diperbolehkan mendapatkan vaksin AstraZeneca?
- Mereka yang memiliki riwayat reaksi alergi parah terhadap komponen vaksin
- Vaksin AstraZeneca tidak direkomendasikan diberikan pada usia di bawah 18 tahun (hingga saat ini masih dalam penelitian lebih lanjut)
- Mereka yang memiliki reaksi alergi terhadap vaksin/komponen vaksin setelah mendapatkan dosis pertama
Dosis AstraZeneca
Vaksin AstraZeneca diberikan dalam dua kali dosis primer, dengan masing-masing dosis 0,5ml. Dosis primer pertama dan kedua diberikan dengan jeda 12 minggu.
Kementerian Kesehatan RI melalui Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menerbitkan surat edaran yang ditujukan kepada dinas kesehatan provinsi, kabupaten, dan direktur rumah sakit di Indonesia untuk melaksanakan vaksinasi booster. Surat Edaran tersebut bernomor HK.02.02/II/252/2022 tentang Vaksinasi COVID-19 Dosis Lanjutan (Booster). Di dalam surat edaran tersebut disebutkan bahwa, penerima dosis primer AstraZeneca akan mendapatkan booster vaksin Moderna separuh dosis (0,25ml), atau vaksin Pfizer separuh dosis (0,15ml). Penyuntikan dilakukan secara intramuskular di lengan atas.
Bagaimana efikasi vaksin AstraZeneca?
Efikasi vaksin AstraZeneca terhadap infeksi Covid-19 berkisar 76%, dengan jangka waktu 15 hari setelah dosis kedua, dengan interval antar dosis 29 hari.
Efek samping vaksin AstraZeneca
Menurut Kementrian Kesehatan, efek samping yang dilaporkan setelah mendapatkan vaksinasi AstraZeneca biasanya bersifat ringan, di antaranya:
- Pusing
- Mual
- Nyeri otot
- Nyeri sendi
- Nyeri di bekas suntikan
- Kelelahan
- Malaise
- Demam
Efek samping yang jarang terjadi:
- Kemerahan dan pembengkakan di bekas suntikan
- Diare
- Muntah
- Rasa sakit di tangan dan kaki
- Gejala mirip gejala flu
- Kehabisan energi
- Penurunan sementara trombosit di dalam darah tanpa ada gejala lainnya
Efek samping seperti reaksi alergi dilaporkan sangatlah langka. Namun apabila Anda mengalami gangguan penglihatan, kejang, pendarahan, sakit kepala yang tidak membaik dalam 3 hari setelah vaksin, rasa sakit di dada atau perut atau kesulitan bernapas, maka segera laporkan dan periksakan diri ke rumah sakit terdekat.
- dr Ayu Munawaroh, MKK